Ribuan Kerama Adat Desa Cempaga mulai berkumpul memadati halaman Pura Desa Cempaga. Salah satu Desa Bali Aga Buleleng memiliki tarian sakral dan unikan dan sangat berbeda dengan desa lainya di Bali.
Seperti Desa Cempaga Kecamatan Banjar/Buleleng merupakan salah satu desa tua (Bali Aga) yang terletak di tengah-tengah jantung Kabupaten Buleleng.
Dalam upacara keagamaan yang di selenggarakan kerama adat Cempaga pada Manis Langkir Kuningan Minggu (1/3) pukul 08.00 wita di pura Desa, beberapa tarian sakral dipentaskan, seperti Tari jangkang,Tari Baris, Baris jojor, Baris Dadap, Tari pendet, Tari Rejang, Rejang Beneh, Rejang Tuding Pelayon, Rejang Lilit Nyali, Rejang sirig Buntas, Rejang Embung Kelor, Rejang Galuh Rejang Pengecek Galuh, Rejang Dephe, Rejang Bungkol, Rejang Renteng, Rejang Lilit, Rejang Legong, Rejang Unda.
Upacara agama yang berlangsung selama 3 hari lamanya, dan puncak acara Senin (2/3). Selain Kerama Adat Cempaga melakukan persembahyang sembari mementaskan tarian sacral. Juga kerama adat Desa Tukad Mungga dan Anturan ikut menyaksikan serangkian upacara yang digelar. Pasalnya diantara ketiga desa tersebut dahulu kala leluhurnya memiliki sejarah adat yang tidak dilupakan.
Kepala Desa Cempaga, Putu Suarjaya dikonfirmasi Faktapers.id di Pura Desa Cempaga usai menyaksikan pagelaran tarian sakral dihadiri ribuan kerame adat menjelasakan beberapa tarian sakral yang dipentaskan memiliki karakter berbeda.
“Pementasan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali atau saat Sabo Muayon. Artinya pelaksanaan upacara besar yang jatuh setiap tahun. Khusus di Cempaga tarian rata-rata diperankan oleh anak-anak muda. Ada tarian desa itu digelar ketika Sabo Muayon dan diperankan oleh orang yang sudah usia lanjut,” jelas Suarjaya.
Selain unik dan sakral, tambahnya, tarian tersebut memiliki unsur magis yang sangat tinggi. Pemerannya pun dari kalangan anak muda yang telah mahir dan memahami lekukan tangan maupun badan saat dipentaskan dan mampu mengikuti irama gambelan yang dimainkan.
Sisi lain, Wakil Klian Adat Cempaga Jro Nyoman Suteja menyatakan pementasan tarian sakral sudah di lakukan secara turun temurun dan masih di lestarikan sampai hari ini.
“Pementasan itu tujuan adalah memperingati hari kemenangan Darma melawan Adarma. Tarian sakral sekarang semakin di gemari oleh anak muda cempaga dan mereka bersemangat ikut menari dan mementaskan serta mendapat dukungan yang sangat kuat dari orang tua mereka yang ikut mengantar anak-anak menari. Dengan niat ngayah dan tanpa di bayar untuk menarikan tarian sakral Desa Bali Aga Cempaga,” ungkapnya.
“Disamping itu juga gamelan juga sakral hanya dapat di mainkan di pura desa, bahkan tidak bisa di bawa keluar desa.