Banjar : Lima desa di kawasan Bali Aga, kini sudah bersatu dalam satu wadah, yakni Mahagotra Panca Desa Baliaga. Lima desa yang masuk wadah ini yakni Desa Sidatapa, Desa Cempaga, Desa Tigawasa, Desa Pedawa dan Desa Banyusri di Kecamatan Banjar. Mahagotra Panca Desa Bali Aga ini dikukuhkan langsung oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana di Desa Cempaga, Rabu 19 Oktober 2016.
Kelima desa tersebut berkomitmen untuk membangun sebuah kawasan pedesaan Bali Aga yang berbasis pelestarian lingkungan, Pariwisata adat dan budaya, serta keamanan. Kelima desa ini memiliki khasanah adat dan budaya yang khas.
Melihat potensi tersebut, masyarakat desa mulai berbenah untuk memperbaiki opini negatif yang dulu sempat melekat di desa SCTPB ini. Masyarakat dari kelima desa tersebut saling bahu membahu mengembangkan potensi yang dimiliki. Usaha masyarakat desa tersebut membuahkan hasil. Ini terlihat semakin banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke SCTPB. Fenomena ini juga salah sau hal menarik karena semua terbangun dari kesadaran masyarakat desa setempat di kawasan Bali Aga.
Lima Perbekel di Bali Aga menyambut positif persatuan ini sebagai langkah baru untuk mewujudkan Bali aga yang harmoni diberbagai bidang.
Perbekel Desa Cempaga, Putu Suarjaya mengatakan Mahagotra Panca Desa Bali Aga ini salah satu fungsinya tugas untuk merubah imej Bali Aga yang dulunya keras dan kini harus dirubah seabagi desa yang elegan. Bali Aga punya kekhasan adat dan budaya serta potensi alam. Jika ini dimaksimalkan, pihaknya yakni Bali Aga akan menjadi daerah yang sejahtera dan makmur.
“Alam masih lestari, kami sangat sakralkan. Kami sadari kehidupan kita tidak bisa dilepaskan dari alam, karena itulah kami selalu berusaha untuk melestarikannya termasuk dari sisi adat dan budaya yang kami punya. Dari sisi ekonomi, alam bisa memberikan kami penghidupan yang baik. Disini ada pengerajin bambu, kekhasan Bali Aga. Perkebunan juga subur makmur, pariwisata alam juga bagus. Dan sekarang Mahagotra Panca Desa Bali Aga menjadi wadah agar seluruh wilayah Bali Aga ini aman, tidak ada lagi imej yang keras sehingga semua potensi yang kita punya bisa dimanfaatkan dengan baik,” terang Suarjaya.
Desa Cempaga dan desa lainnya mengatur secara khusus tentang tata cara perlakuan terhadap alam melalui awig-awig desa adat di masing-masing desa di Bali Aga. Inilah yang mendasari alam di Bali Aga, serta adat dan budayanya masih lestari hingga kini.
“Kami sudah memiliki awig-awig untuk menjaga lingkungan, ini juga upaya desa yang tergabung di Panca Desa Baliaga untuk membangun desa lebih baik dan meningkatkan kunjungan wisatawan,” pungkasnya.
Sementara Perbekel Banyusri, Nyoman Sukarana juga meyakini Mahagotra Panca Desa Bali Aga mampu menghilangkan imej kawasan dan karakter warga keras dan arogan. Menurutnya Bali aga itu serumpun punya adat dan budaya yang hampir sama.
“Persaudaraan ini sekarang kita pupuk bersama dengan baik. Tidak ada lagi imej yang keras. Kami meyakini, generasi mendatang bisa meneladani hal ini,” ujar Sukarana.
Di sisi lain Perbekel Pedawa, Putu Sudarmaja mengatakan Mahagotra Panca Desa Bali Aga merupakan wahana bagi desa-desa Bali Aga untuk memajukan kelima desa. Melalui persatuan ini, ekonomi akan bisa ditingkatkan dengan baik, potensi konflik akan diredam sedemikian rupa sehingga berdampak baik pada keutuhan dan persatuan desa Bali Aga.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Perbekel Desa Tigawawasa, yang juga Ketua Mahagotra Panca Desa Bali Aga, Made Suadarmayasa mengatakan forum ini untuk mempererat persaudaran di Bali Aga. Dan kedua untuk membangun kawasan pedesaan sesuai dengan potensinya masing-masing.
Di Lima desa ini, mempunyai potensi yang sangat bagus dari berbagai aspek sehingga program pemerintah desa di Bali aga bisa disinkronkan dengan program pemerintah Kabupaten Buleleng.
“Kita akan cari cara yang tepat untuk mengembangkan desa Baliaga menjadi Desa wisata. Kita banyak memiliki budaya dan adat istiadat yang sakral. Contohnya tari-tarian yang sakral tidak bisa di tampilkan dengan bebas. Nah ini yang kita harus bicarakan dengan penglingsir di Desa,” jelasnya.
Sementara Perbekel Desa Sidatapa Putu Gede menyatakan persaudaraan ini akan mampu membangun komunikasi yang baik untuk kesejahteraan seluruh desa Bali Aga.
“Kita tidak ingin hal-hal di masa lalu bisa kembali terulang, kekerasan, konflik maupun permasalahan lainnya. Jika ada permasalahan, kita selesaikan dengan kekeluargaan. Komunitas atau perastuan ini sangat baik untuk membangun Bali Aga dari berbagai bidang,”ujar Putu Gede.
Semangat masyarakat Desa Baliaga ini mendapat apresiasi positif dari Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana. Dalam sambutannya saat acara pengukuhan anggota Mahagotra Panca Desa Baliaga tersebut, Bupati Suradnyana mengatakan akan mendukung secara penuh setiap program yang dicanangkan oleh masyarakat Desa Baliaga.
Dukungan tersebut akan dibuktikan dengan program-program pembangunan. Salah satu upaya pemkab Buleleng untuk mendukung persatuan ini dengan program pembangunan pelebaran jalan dibeberapa titik di Desa Baliaga. Perlebaran jalan dimaksudkan agar jalan bisa dilalui Bus Pariwisata.
“Tahun depan kita perlebar jalan di Cempaga dulu nanti baru kita perlebar jalan di desa lain. Ini sudah kita rencanakan tahun depan,” ungkap Bupati Agus Suradnyana.
Bupati juga berharap agar kelima desa tersebut bisa menjadi salah satu destinasi wisata baru yang dimiliki oleh Kabupaten Buleleng. “Mudah-mudahan desa Baliaga ini menjadi salah satu destinasi wisata desa tua yang ada di Bali yang sangat menarik untuk dikunjungi,” harapnya.
Saat pengukuhan Mahagotra Panca Desa Bali aga, sejumlahtari-tarian khas Des Cempaga juga ditarikan oleh sejumlah warga desa. Tari-tarian in sebagai bukti bahwa seni dan adat serta budaya desa bali aga masih (PAS)
Download disini