(0362) 92503
banjar@bulelengkab.go.id
Kecamatan Banjar

PARADE TARIAN SAKRAL MEMERIAHKAN LOMBA DESA PAKRAMAN TK.KABUPATEN DI DESA CEMPAGA

Admin banjar | 20 Juli 2016 | 1052 kali

Penilaian lomba desa pekraman di Desa Cempaga, Kecamatan Banjar dimeriahkan dengan parade tari-tarian sakral khas desa setempat. Warga desa setempat masih menjunjung tinggi adat dan budayanya. Tari-tarian sakral ini biasanya hanya ditarikan pada saat upacara pujawali di sejumlah pura di desa setempat.
Klian Desa Pekraman Cempaga Nyoman Dira, mengatakan tari-tarian ini masih dilestarikan sampai saat ini dan selalu ditarikan saat ada pujawali disejumlah pura di Desa Adat Cempaga. Ada beberapa jenis tarian sakral di Desa Cempaga, seperti Tari Baris Jojor, Tari Jangkang, Tari Sanghyang dan  Tari Pendet dan beberapa tarian lain.
Tari Jangkang ditarikan oleh anak-anak kecil dari umur 6 tahun sampai 12 tahun. Di Desa Sidatapa, desa tetangga dari Desa Cempaga yang juga masuk kawasan Bali Aga juga ada Tari Jangkang, namun penarinya adalah orang-orang yang sudah dewasa atau tua. Sementara Tari Baris di Desa Cempaga ditarikan oleh orang-orang dewasa.
Semua tari-tarian sakral mempunyai makna dan arti tersendiri dan itu sangat terkait dengan prilaku dan tradisi masyarakat Desa cempaga.
Menurut Dira, makna Tari Jangkang adalah sebuah simbol prajurit wirayudha yang masih muda dan bertugas untuk memerangi adharma. Sementara Tari Baris Jojor atau nyawi mempunyai makna seorang prajurit yang sangat Wirosha perkasa melawan adharma. Ada juga Baris Dadap, prajurit bijaksana yang bisa mengamankan wilayah dan menyomia buta kala.
“Ini cerita dari orang tua. Tari Baris Jojor atau nyaawi disimbolkan seorang prajurit yang sangat wisoha perkaasa melawan adharma, ada baris dadap sudah disebut prajurit yang sudah bijaksana. Dia bisa mengamankan wilayahnya nyomia buta kala. Dalam tarian baris dadap ada suara ah ih eh oh em, itu berarti nyomia buta.” terang Dira.
Masing-masing tarian dan maknanya sangat erat kaitanya dengan sisi tradisi dan kehidupan warga desa adat Setempat.
Dalam tarian baris dadap, juga diikuti oleh tapel taksu banyol yang biasanya ditarikan pada hari raya manis galungan. Tarian ini juga membawa pesan positif terkait dengan prilaku manusia untuk selalu bisa mengalahkan adharma.
Sementara Tari Pendet merupakan tarian kemenangan melawan adharma dimana diceritakan prajurit yang sudah berhasil membawa kemenangan.
Tari-tarian sakral ini sebenarnya ditarikan di beberapa pura di Desa Cempaga. Misalnya, Tari Jangkang, Tari Baris, Tari Pendet dan Tari Rejang ditarikan saat piodalan atau karya agung wayon, galungan nadi dan kuningan nadi.
Ada juga Tari Sanghyang, tari ini ditarikan ketika ada upacara ngenteg linggih di Pura Desa maupun di merajan-merajan keluarga. “Tarian-tarian ini dipercayai sebagai permintaan Ida Sang Hyang widhi untuk menarikan Tari Sanghyang,”terang Dira.
Tabuh Rah dan Gandrung
Sementara Tari Gandrung secara khusus ditarikan di pura Penangluk Bencana pada purnamaning karo. Setiap tahun, warga desa cempaga biasanya melaksanakan asi desa penangluk bencana. Dalam pelaksanannya, runtutan ritualnya yakni tabuh rah selama tiga hari berturut-turut , dan pad amalam harinya ditarikan tari Gandrung selama lima belas hari.
Tarigandrung khsus dipura penakluk bencana, di purnamaing karo. Bahka wa setiap tahun desa cempaga ini melaksnaana aci desa penangluk bencana. Dalampelaksanannya runtunanta tabuh rah tiga kali, malamnya tari gandrung selama lima belas hari.
“Kalau itu tidak dilaksanakan lewat satu tahun, Desa Cempaga bisa ditimpa huru-hara. Makanya di Desa Cempaga tidak mau memutus ritual ini.” terangnya.
Sementara itu Perbekel Desa Cempaga, Putu Suarjaya mengatakan banyak upaa yang dilakukan oleh desa untuk melestarikan tari-tarian sakral ini. Selamaini, tarian ini hanya bisa disaksikan pada saat pujawali.
Namun, Suarjaya mengatakan pihaknya kaan terus melakukan pembinaan terhadap anak-anak muda Desa Cempaga melalaui giat pasraman.

“Kami sedang giatkan upaya pelestarian dengan pembinaan. Kedepan, beberapa tarian akan kita pentaskan pada momen tertentu untuk kepentingan wisata budaya dan pelestarian,”terang Suarjaya.

Di sisi lain, Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra juga bangga atas upaya warga Desa Pekraman Cempaga melestarikan tatanan adat dan budaya desanya.

Download disini