Guna menjaga aset kebudayaan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Bali, membangun arena Megangsingan (permainan tradisional adu gasing khas Buleleng) di Desa Munduk, Kecamatan Banjar.
Setelah selesai dikerjakan, Upacara Adat Melaspas (sebuah bentuk peresmian dalam Agama Hindu) dilakukan yang dihadiri oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Sabtu (19/12/2020).
Dalam sambutannya, Agus Suradnyanan mengatakan, aset kebudayaan seperti megangsingan ini perlu dijaga bersama. Lalu, dikembangkan sebagai pariwisata berbasis komunitas.
Permainan megangsingan tidak boleh terlepas dari tradisi yang sudah ada. Mulai dari penentuan bahan, hingga pengerjaan harus tetap menggunakan bahan dan alat yang tradisional.
Itu merupakan daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Ada usulan sebelum lomba megangsingan, diadakan juga lomba membuat gasing yang akan digunakan.
Ia mengusulkan, kedepan kalau ada lomba megangsingan, tiga hari sebelumnya ada lomba membuat gasing yang akan digunakan untuk perlombaan nantinya.
"Sehingga runutannya lebih panjang. Ini juga bisa menjadi edukasi kepada wisatawan bagaimana cara membuat gasing tersebut,” katanya.
Oleh karena itu, bahan yang digunakan juga harus tersedia. Dengan cara masyarakat menanam pohon yang kayunya bisa digunakan sebagai bahan pembuatan gasing.
“Jadi arahnya jelas sebagai pelestarian lingkungan. Tanam pohon yang bisa digunakan sebagai bahan gasing. Nanti adakan acara panen pohon bahan gasing satu pohon tapi kita tanam 100 pohon untuk menggantinya,” ucap Agus Suradnyana.
Megangsingan merupakan permainan tradisional yang sudah ada sejak jaman dahulu di Buleleng khususnya di daerah Catur Desa yaitu Desa Gesing, Desa Gobleg, Desa Munduk, dan Desa Umejero.
Bahkan permainan ini sudah menjadi tradisi di daerah tersebut. Saat ini, Pemkab Buleleng melalui Dinas Pariwisata (Dispar) sedang gencar melakukan pelestarian aset budaya dan tradisi.
Bahkan disetiap kegiatan yang diselenggarakan, selalu menampilkan tradisi khas Buleleng termasuk megangsingan.
Selain itu, permainan megangsingan dianggap bisa dijadikan salah satu daya tarik wisata yang dapat disuguhkan kepada para wisatawan yang berkunjung ke Buleleng.
Maka dari itu, Dispar Buleleng membangun arena megangsingan di desa Munduk, Kecamatan Banjar, untuk memberikan wadah bagi para pecinta permainan ini.
Arena megangsingan ini dianggap sebagai arena yang baik untuk perlombaan bahkan untuk pertunjukan bagi para wisatawan.
Dana yang digunakan untuk membangun arena megangsingan ini, merupakan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Sementara itu, Sementara itu Kadispar Made Sudama Diana menjelaskan pembangunan arena megangsingan ini tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Pariwisata dengan program bernama Pembangunan Panggung Kesenian dan Penonton.
Desa Adat Munduk masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sehingga pembangunan arena ini bisa diusulkan. Pagu anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Pusat sebesar Rp1.020.000.000.
Namun, proses tender yang dimenangkan oleh pihak penyedia dengan nilai kontrak Rp871.355.000.
“Sesuai kontrak kerja, proyek ini dikerjakan selama 105 hari dimulai pada tanggal 25 Agustus 2020 dan selesai pada tanggal 14 Desember 2020,” tuturnya.
Selain itu, dirinya menambahkan, selama ini even megangsingan tidak pernah memiliki tempat yang baik. Sehingga, Pemkab Buleleng melalui Dispar dan usulan dari Desa Adat Muduk, membangun arena tersebut.