Kegiatan ini difokuskan di dua desa yang memiliki potensi kerajinan khas, yakni:
Desa Tigawasa dengan produk unggulan anyaman bambu tradisional, dan
Desa Kaliasem dengan potensi anyaman bambu dan seni ukir yang telah dikenal luas di masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut, tim dari Brida Kabupaten Buleleng didampingi oleh staf Pembangunan Kecamatan Banjar, Wayan Wiryawan, melakukan peninjauan langsung ke sejumlah usaha masyarakat di kedua desa tersebut. Survei ini bertujuan untuk mengidentifikasi produk-produk lokal yang memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri, sehingga dapat didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Melalui kegiatan ini, Brida Buleleng mendorong agar setiap usaha di Kecamatan Banjar memiliki karakter dan nilai pembeda yang jelas, baik dari segi bahan baku, teknik pengerjaan, maupun nilai budaya yang melekat. Hal ini penting agar produk tersebut mendapatkan perlindungan hukum sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi kreatif daerah.
Selain melakukan monitoring dan evaluasi (monev), pihak Brida juga mengimbau kepada para Perbekel se-Kecamatan Banjar agar menginventarisasi dan melaporkan seluruh potensi usaha yang ada di wilayah masing-masing. Data tersebut nantinya akan menjadi bahan penting bagi Brida Kabupaten Buleleng dalam proses pendaftaran kekayaan intelektual produk lokal.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan muncul kesadaran dan semangat baru di kalangan pelaku usaha lokal untuk menjaga orisinalitas karya, serta menjadikan produk-produk khas Kecamatan Banjar lebih dikenal, terlindungi, dan bernilai ekonomi tinggi.