Canang berasal dari kata
“Can” yang berarti indah, sedangkan “Nang” berarti tujuan atau maksud (bhs.
Kawi/Jawa Kuno), Sari berarti inti atau sumber. Dengan demikian Canang Sari
bermakna untuk memohon kekuatan Widya kehadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa
(manifestasi) Nya secara skala maupun niskala. Dalam dokumen tersebut juga
dijelaskan mengenai bentuk dan fungsi canang menurut pandangan Hindu Bali ada
beberapa macam sesuai dengan kegiatan upakara yang dilaksanakan.
Serangkaian
HUT RI Ke 79, Tahun 2024, dilaksanakan lomba membuat Canang antar SMP Se
Kecamatan Banjar, yang bertempat di Lapangan Umum Desa Banjar, Selasa, 20
Agustus 2024, keiatan ini bertujuan untuk tetap mengajegkan, budaya tradisi
dari umat Hindu. Agar tidak tergerus dengan budaya beli, setidaknya bisa
membuat Canang sari.
Di bawah ini penjabaran
mengapa canang dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda, hal ini melalui
simbol-simbol sebagai berikut :
Canang memakai alas berupa “ceper” (berbentuk segi empat)
adalah simbol kekuatan “Ardha Candra” (bulan). Di atas ceper ini diisikan
sebuah “Porosan” yang bermakna persembahan tersebut harus dilandasi oleh hati
yang welas asih serta tulus kehadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa Nya,
demikian pula dalam hal kita menerima anugerah dan karunia Nya.
Di atas ceper ini juga berisikan seiris tebu,
pisang dan sepotong jaja (kue) adalah sebagai simbol kekuatan “Wiswa Ongkara”
(Angka 3 aksara Bali).
Kemudian di atas point 2 dan 3 di atas,
disusunlah sebuah “Sampian Urasari” yang berbentuk bundar sebagai dasar untuk
menempatkan bunga. Hal ini adalah simbol dari kekuatan “Windhu” (Matahari).
Lalu pada ujung-ujung Urasari ini memakai hiasan panah sebagai simbol kekuatan
“Nadha” (Bintang).
Penataan bunga berdasarkan warnanya di atas
Sampian Urasari diatur dengan etika dan tattwa, harus sesuai dengan
pengider-ideran (tempat) Panca Dewata. Untuk urutannya saya menggunakan urutan
Purwa/Murwa Daksina yaitu diawali dari arah Timur ke Selatan.
Bunga berwarna Putih (jika sulit dicari, dapat
diganti dengan warna merah muda) disusun untuk menghadap arah Timur, adalah
sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari (Bidadari) Gagar Mayang oleh
Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Iswara agar memercikkan Tirtha Sanjiwani
untuk menganugerahi kekuatan kesucian skala niskala.
Bunga berwarna Merah disusun untuk menghadap
arah Selatan, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Saraswati oleh
Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Brahma agar memercikkan Tirtha Kamandalu
untuk menganugerahi kekuatan Kepradnyanan dan Kewibawaan.
Bunga berwarna Kuning disusun untuk menghadap
arah Barat, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Ken Sulasih oleh
Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Mahadewa agar memercikkan Tirtha
Kundalini untuk menganugerahi kekuatan intuisi.
Bunga berwarna Hitam (jika sulit dicari, dapat
diganti dengan warna biru, hijau atau ungu) disusun untuk menghadap arah Utara,
adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Nilotama oleh Prabhawa Nya
dalam kekuatan Sang Hyang Wisnu agar memercikkan Tirtha Pawitra untuk
menganugerahi kekuatan peleburan segala bentuk kekotoran jiwa dan raga.
Bunga Rampe (irisan pandan arum) disusun di
tengah-tengah, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Supraba oleh
Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Siwa agar memercikkan Tirtha Maha mertha
untuk menganugerahi kekuatan pembebasan (Moksa). Bunga canang, kembang rampe,
porosan adalah simbol dari Tarung / Tedung dari Ong Kara (isi dari Tri Bhuwana
(Tri Loka) = Bhur-Bwah-Swah).