(0362) 92503
banjar@bulelengkab.go.id
Kecamatan Banjar

RABA AKTIF KE 10 DENGAN TEMA “ PERCEPATAN PENANGANAN RABIES DAN PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK)

Admin banjar | 13 Juli 2022 | 267 kali

Rabu, 13 Juli 2023, Kecamatan Banjar kembali menggelar Rabu Banjar Interaktif (Raba Aktif) dimana Sekcam Banjar, Putu Widiawan,S.Sos., mewakili Camat Banjar dan sekaligus sebagai host/moderator pada acara tersebut. Sebagai naras u,ner dari Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng yang diwakili oleh Drh. Ayu Rahmadani dan Nyoman Swastawa Giri,SP. Koordinator Pertanian Kecamatan Banjar, Raba Aktif mengambil tema “ PERCEPATAN PENANGANAN RABIES DAN PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK), yang diikuti Perbekel Sekecamatan Banjar.

Hasil kegiatan Raba Aktif Kecamatan Banjar mensosialisasikan ap aitu penyakit Rabies dan Penyakit Mulut dan Kuku pada hewan ternak dan anjing, Rabies. Rabies adalah virus mematikan yang menyebar ke manusia dari air liur hewan terinfeksi. Virus rabies biasanya ditularkan melalui gigitan.

Penyakit ini bisa menyebabkan kematian pada sebagian besar pengidap. Risiko penularannya tinggi jika tidak segera diatasi. Penyakit Rabies : Infeksi rabies ditularkan oleh virus. Dalam kasus yang jarang terjadi, virus masuk ke dalam tubuh ketika air liur hewan terinfeksi masuk ke luka terbuka atau selaput lendir. Gejala rabies muncul 3 hingga 12 minggu setelah kontak langsung dengan hewan terinfeksi. Gejala pertama meliputi:

  • Peningkatan suhu tubuh.
  • Sakit kepala.
  • Merasa tidak enak badan.
  • Rasa tidak nyaman di lokasi gigitan.

Gejala lain kemudian muncul dalam beberapa hari kemudian. Ini meliputi:

  • Kebingungan atau perilaku agresif.
  • Melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata (halusinasi).
  • Mulut memproduksi banyak air liur.
  • Kejang otot.
  • Kesulitan menelan dan bernapas.
  • Ketidakmampuan untuk bergerak (lumpuh).

 

PMK atau dikenal juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Apthtae Epizooticae adalah penyakit hewan menular bersifat akut yang disebabkan virus.

Mengapa kita harus waspada terhadap penyakit PMK?

1. Penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat mengikuti arus transportasi daging dan ternak terinfeksi.
2. Menimbulkan kerugian ekonomi yg sangat besar (penurunan berat badan permanen)
3. Pengendaliannya sulit dan kompleks karena membutuhkan biaya vaksinasi yang sangat besar serta pengawasan lalu lintas hewan yang ketat.
4. Negara Indonesia terdiri dari puluhan ribu pulau dan ratusan pelabuhan besar dan kecil, sehingga rawan penyelundupan ternak dan bahan asal hewan (daging, kulit, dll.) dari negara Endemis PMK seperti India, Brasil, Malaysia, Thailand, Filipina dan sekitarnya.

Penyebab
1. Virus tipe A dari family Picornaviridae, genus Apthovirus.
2. Masa inkubasi 2-14 hari (masa sejak hewan tertular penyakit sampai timbul gejala penyakit)

Hewan yang rentan tertular
Sapi, kerbau, unta, gajah, rusa, kambing, domba dan babi.

Cara Penularan
1. Kontak langsung maupun tidak langsung dengan hewan penderita (droplet, leleran hidung, serpihan kulit).
2. Vektor hidup (terbawa manusia, dll)
3. Bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
4. Tersebar melalui angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut).

PENCEGAHAN
A. Pencegahan Dengan Cara Biosekuriti:
1. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans.
2. Pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan - hewan yang kemungkinan kontak dengan agen PMK.
3. Desinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil, baju, dll.)
4. Musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
5. Tindakan karantina.

B. Pencegahan Dengan Cara Medis
Untuk daerah tertular :
1. Vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant
2. Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah.
Untuk daerah bebas (Indonesia) :
1. Pengawasan lalu lintas ternak
2. Pelarangan pemasukan ternak dari daerah tertular

 PENGOBATAN DAN PENGENDALIAN

1. Pemotongan dan pembuangan jaringan tubuh hewan yang terinfeksi.
2. Kaki yang terinfeksi di terapi dengan chloramphenicol atau bisa juga diberikan larutan cuprisulfat.
3. Injeksi intravena preparat sulfadimidine juga disinyalir efektif terhadap PMK.
4. Selama dilakukan pengobatan, hewan yang terserang penyakit harus dipisahkan dari hewan yang sehat (dikandang karantina terpisah dari kandang hewan sehat).
5. Hewan tidak terinfeksi harus ditempatkan pada lokasi yang kering dan dibiarkan bebas jalan-jalan serta diberi pakan cukup untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
6. Pada kaki hewan ternak yang sehat diolesi larutan Cuprisulfat 5% setiap hari selama satu minggu, kemudian setelah itu terapi dilakukan seminggu sekali sebagai cara yang efektif untuk pencegahan PMK pada ternak sapi.(pas)