Rabu,
13 Juli 2023, Kecamatan Banjar kembali menggelar Rabu Banjar Interaktif (Raba
Aktif) dimana Sekcam Banjar, Putu Widiawan,S.Sos., mewakili Camat Banjar dan
sekaligus sebagai host/moderator pada acara tersebut. Sebagai naras u,ner dari
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng yang diwakili oleh Drh. Ayu Rahmadani dan Nyoman
Swastawa Giri,SP. Koordinator Pertanian Kecamatan Banjar, Raba Aktif mengambil
tema “ PERCEPATAN PENANGANAN RABIES DAN PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK), yang
diikuti Perbekel Sekecamatan Banjar.
Hasil kegiatan Raba Aktif Kecamatan Banjar mensosialisasikan ap
aitu penyakit Rabies dan Penyakit Mulut dan Kuku pada hewan ternak dan anjing, Rabies.
Rabies adalah virus
mematikan yang menyebar ke manusia dari air liur hewan terinfeksi. Virus rabies
biasanya ditularkan melalui gigitan.
Penyakit ini bisa menyebabkan kematian pada sebagian besar
pengidap. Risiko penularannya tinggi jika tidak segera diatasi. Penyakit
Rabies : Infeksi rabies ditularkan oleh virus.
Dalam kasus yang jarang terjadi, virus masuk ke dalam tubuh ketika air liur
hewan terinfeksi masuk ke luka terbuka atau selaput lendir. Gejala
rabies muncul 3 hingga 12 minggu setelah kontak langsung dengan hewan
terinfeksi. Gejala pertama meliputi:
Gejala lain kemudian muncul dalam beberapa hari kemudian. Ini meliputi:
PMK atau dikenal juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan
Apthtae Epizooticae adalah penyakit hewan menular bersifat akut yang disebabkan
virus.
Mengapa kita harus waspada terhadap penyakit PMK?
1. Penyakit ini dapat
menyebar dengan sangat cepat mengikuti arus transportasi daging dan ternak
terinfeksi.
2. Menimbulkan kerugian ekonomi yg sangat besar (penurunan berat badan permanen)
3. Pengendaliannya sulit dan kompleks karena membutuhkan biaya vaksinasi yang
sangat besar serta pengawasan lalu lintas hewan yang ketat.
4. Negara Indonesia terdiri dari puluhan ribu pulau dan ratusan pelabuhan besar
dan kecil, sehingga rawan penyelundupan ternak dan bahan asal hewan (daging,
kulit, dll.) dari negara Endemis PMK seperti India, Brasil, Malaysia, Thailand,
Filipina dan sekitarnya.
Penyebab
1. Virus tipe A dari family Picornaviridae, genus Apthovirus.
2. Masa inkubasi 2-14 hari (masa sejak hewan tertular penyakit sampai timbul
gejala penyakit)
Hewan yang rentan tertular
Sapi, kerbau, unta, gajah, rusa, kambing, domba dan babi.
Cara Penularan
1. Kontak langsung maupun tidak langsung dengan hewan penderita (droplet,
leleran hidung, serpihan kulit).
2. Vektor hidup (terbawa manusia, dll)
3. Bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
4. Tersebar melalui angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan
300 km di laut).
PENCEGAHAN
A. Pencegahan Dengan Cara Biosekuriti:
1. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu
lintas dan pelaksanaan surveilans.
2. Pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan - hewan yang
kemungkinan kontak dengan agen PMK.
3. Desinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang,
mobil, baju, dll.)
4. Musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
5. Tindakan karantina.
B. Pencegahan Dengan Cara
Medis
Untuk daerah tertular :
1. Vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant
2. Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung
pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah.
Untuk daerah bebas (Indonesia) :
1. Pengawasan lalu lintas ternak
2. Pelarangan pemasukan ternak dari daerah tertular
PENGOBATAN DAN PENGENDALIAN
1. Pemotongan dan pembuangan
jaringan tubuh hewan yang terinfeksi.
2. Kaki yang terinfeksi di terapi dengan chloramphenicol atau bisa juga
diberikan larutan cuprisulfat.
3. Injeksi intravena preparat sulfadimidine juga disinyalir efektif terhadap
PMK.
4. Selama dilakukan pengobatan, hewan yang terserang penyakit harus dipisahkan
dari hewan yang sehat (dikandang karantina terpisah dari kandang hewan sehat).
5. Hewan tidak terinfeksi harus ditempatkan pada lokasi yang kering dan
dibiarkan bebas jalan-jalan serta diberi pakan cukup untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuhnya.
6. Pada kaki hewan ternak yang sehat diolesi larutan Cuprisulfat 5% setiap hari
selama satu minggu, kemudian setelah itu terapi dilakukan seminggu sekali
sebagai cara yang efektif untuk pencegahan PMK pada ternak sapi.(pas)