Hari Lahir Pancasila: Menyemai Semangat Gotong Royong Menuju Indonesia Emas 2045
Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila—hari bersejarah ketika pada tahun 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidato di sidang BPUPKI yang menjadi cikal bakal lahirnya dasar negara kita, Pancasila. Lima sila yang dirumuskan saat itu bukan hanya fondasi filosofis dan ideologis bangsa, tetapi juga arah moral dan sosial dalam membangun Indonesia yang adil, makmur, dan bersatu.
Tahun 2045, Indonesia akan memasuki satu abad kemerdekaannya. Visi besar yang dicanangkan adalah terwujudnya Indonesia Emas 2045—sebuah negara maju, berdaulat, adil, dan makmur. Untuk mencapainya, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya yang melimpah atau teknologi yang canggih, tetapi terlebih dahulu semangat gotong royong—roh sejati Pancasila—harus menjadi nafas dalam setiap gerak pembangunan.
Gotong royong adalah pengejawantahan dari nilai-nilai Pancasila, khususnya sila ketiga: Persatuan Indonesia. Di dalam gotong royong, tidak ada sekat agama, suku, atau status sosial. Yang ada adalah semangat saling membantu, saling menopang, dan bersama-sama mengatasi persoalan. Di masa lalu, gotong royong menjadi tulang punggung masyarakat desa. Kini, di era digital dan global, semangat itu harus bertransformasi menjadi kolaborasi antar sektor, sinergi antar generasi, dan solidaritas lintas batas.
Visi Indonesia Emas 2045 mencakup empat pilar utama: pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan ketahanan nasional serta tata kelola pemerintahan yang baik. Semua ini tidak mungkin dicapai oleh satu pihak saja. Pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat sipil, hingga generasi muda harus terlibat aktif.
Gotong royong di era modern berarti:
Inovasi kolektif dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan disrupsi teknologi.
Kolaborasi lintas sektor dalam mengembangkan pendidikan, infrastruktur, dan kesejahteraan sosial.
Empati sosial untuk menjembatani kesenjangan dan memperkuat solidaritas.
Membangun Indonesia Emas bukanlah proyek jangka pendek. Ia adalah maraton yang memerlukan ketekunan dan kerja sama lintas generasi. Oleh karena itu, semangat gotong royong harus ditanamkan sejak dini—di sekolah, di keluarga, di ruang-ruang publik—agar tumbuh menjadi karakter kolektif bangsa. Pendidikan karakter berbasis Pancasila menjadi kunci membentuk generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peduli dan berintegritas.
Peringatan Hari Lahir Pancasila bukanlah seremonial belaka, melainkan momen refleksi untuk kembali pada akar jati diri bangsa. Di tengah arus individualisme dan kompetisi global, semangat gotong royong harus tetap dijaga dan diperkuat. Karena hanya dengan bekerja bersama, bahu-membahu, dan saling mendukung, cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat menjadi kenyataan.(pas)