Hari Raya Sigihan adalah salah satu hari suci yang diperingati oleh umat Hindu, khususnya dalam tradisi Hindu Jawa. Perayaan ini memiliki makna spiritual yang mendalam sebagai bentuk penyucian diri, baik secara lahir maupun batin, menjelang tibanya Hari Raya Nyepi. Meskipun tidak seterkenal Nyepi, Galungan, atau Kuningan, Sigihan memiliki tempat tersendiri dalam kalender keagamaan Hindu di Jawa.
Kata "Sigihan" berasal dari kata Jawa “sigi” yang bermakna bersih atau suci. Hari Raya Sigihan dilaksanakan sebagai sarana untuk membersihkan diri dari segala kekotoran duniawi dan spiritual. Tujuan utamanya adalah menyiapkan diri secara lahir dan batin agar layak memasuki masa perenungan dalam Hari Raya Nyepi.
Sigihan biasanya jatuh beberapa hari sebelum Nyepi, tepatnya satu hari sebelum Tilem Kesanga (bulan mati dalam bulan Kesanga atau bulan ke-9 dalam penanggalan Saka). Dalam konteks ini, Sigihan menjadi momentum pembersihan besar-besaran sebelum umat Hindu memasuki fase introspeksi total saat Nyepi.
Perayaan Sigihan di Jawa umumnya dilakukan melalui berbagai kegiatan keagamaan dan spiritual seperti:
Melasti atau Mekiis: Upacara pembersihan yang dilakukan di sumber air seperti laut, sungai, atau danau. Umat Hindu membawa pralingga (simbol-simbol dewa) dari pura ke sumber air untuk disucikan.
Penglukatan: Ritual penyucian diri secara simbolis dengan air suci yang dipercaya dapat membersihkan segala kotoran batin dan aura negatif.
Sembahyang Bersama: Umat berkumpul di pura untuk memanjatkan doa, memohon anugerah serta kekuatan untuk membersihkan diri dan mempersiapkan hati menyambut Nyepi.
Tapa Brata Ringan: Sebagian umat mulai melakukan latihan pengendalian diri secara bertahap, seperti mengurangi konsumsi makanan berat, menghindari keramaian, serta memperbanyak sembahyang.
Hari Raya Sigihan menekankan pentingnya pembersihan diri sebagai langkah awal menuju kesucian batin. Tradisi ini mengajarkan bahwa sebelum seseorang melakukan perenungan mendalam (seperti saat Nyepi), ia harus terlebih dahulu membuang segala beban pikiran, emosi negatif, dan niat yang tidak suci.
Dalam tradisi Jawa yang sarat dengan simbolisme, Sigihan juga merefleksikan hubungan manusia dengan alam dan Tuhan. Melalui pembersihan alam (Melasti) dan pembersihan diri (penglukatan), umat diajak untuk kembali pada keseimbangan dan keharmonisan hidup.
Hari Raya Sigihan merupakan salah satu warisan spiritual yang menunjukkan kedalaman nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa. Meskipun sering kali luput dari perhatian publik, Sigihan tetap menjadi momentum penting bagi umat Hindu untuk membersihkan jiwa dan raga, menyambut Nyepi dengan hati yang tenang dan suci.(pas)