Nyakan Diwang: Tradisi Unik di Kecamatan Banjar dan Maknanya dalam Perayaan Nyepi Tahun Caka 1947
Pulau Bali kaya akan tradisi yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satu tradisi unik yang masih lestari di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, adalah Nyakan Diwang. Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian perayaan Nyepi dan memiliki makna mendalam dalam kehidupan sosial serta spiritual masyarakat setempat. Dalam menyambut Tahun Baru Caka 1947 yang jatuh pada 29 Maret 2025, pelaksanaan Nyakan Diwang menjadi momentum yang semakin memperkuat nilai kebersamaan dan refleksi diri.
Nyakan Diwang secara harfiah berarti "memasak di luar rumah". Tradisi ini dilakukan sehari setelah Nyepi, tepatnya pada Hari Ngembak Geni. Pada hari ini, masyarakat keluar rumah dan memasak makanan bersama di halaman atau di tempat terbuka, sembari berinteraksi dan bersilaturahmi dengan tetangga maupun sanak saudara.
Di Kecamatan Banjar, tradisi ini tidak hanya menjadi ajang memasak bersama, tetapi juga sebagai sarana mempererat hubungan sosial antarwarga setelah sehari penuh menjalani keheningan dan introspeksi saat Nyepi. Beberapa makanan khas yang biasanya dimasak antara lain nasi, lauk pauk tradisional, serta aneka jajanan Bali yang dinikmati bersama dalam suasana kekeluargaan.
Perayaan Nyepi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu Melasti, Tawur Kesanga, Catur Brata Penyepian, dan Ngembak Geni. Dalam kaitannya dengan Nyakan Diwang, berikut beberapa makna yang dapat dihubungkan dengan perayaan Nyepi:
Pemulihan Keseimbangan Setelah sehari penuh menjalani Nyepi dengan tidak menyalakan api (Amati Geni), tidak bekerja (Amati Karya), tidak bepergian (Amati Lelungan), dan tidak menikmati hiburan (Amati Lelanguan), masyarakat kembali menyatu dalam kehidupan sosial dengan semangat baru. Nyakan Diwang menjadi simbol kembalinya aktivitas manusia, namun dengan jiwa yang lebih bersih dan damai.
Mempererat Rasa Kekeluargaan dan Gotong Royong Sehari penuh dalam keheningan Nyepi menjadi momen refleksi dan introspeksi diri. Saat Nyakan Diwang, masyarakat saling bertemu dan berbagi makanan, mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong yang menjadi inti dari kehidupan sosial di Bali.
Menghormati Alam dan Api Sebagai Sumber Kehidupan Pada Hari Nyepi, api tidak dinyalakan sebagai simbol pengendalian diri dan penyucian energi negatif. Saat Nyakan Diwang, api kembali digunakan untuk memasak, melambangkan awal baru dan penghormatan terhadap unsur alam yang menjadi sumber kehidupan.
Memulai Tahun Baru dengan Kesederhanaan dan Kebahagiaan Dalam konsep Hindu Bali, keseimbangan (Tri Hita Karana) menjadi bagian penting dalam kehidupan. Nyakan Diwang mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kemewahan, tetapi dari kesederhanaan dan kebersamaan. Ini menjadi nilai penting dalam menyambut Tahun Baru Caka 1947 dengan hati yang lebih terbuka dan penuh kedamaian.
Di tengah modernisasi, tradisi Nyakan Diwang di Kecamatan Banjar masih tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk warisan budaya yang memperkuat identitas lokal serta mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Dengan mempertahankan tradisi ini, masyarakat Banjar turut menjaga kesinambungan adat dan budaya Bali yang telah diwariskan oleh leluhur.
Perayaan Nyepi Tahun Caka 1947 bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi juga momen untuk merefleksikan diri dan memperbaiki hubungan dengan sesama serta alam. Tradisi Nyakan Diwang di Kecamatan Banjar menjadi bagian penting dalam menutup rangkaian perayaan Nyepi dengan penuh kebersamaan dan kebahagiaan. Dengan menjaga dan meneruskan warisan budaya ini, masyarakat tidak hanya mempertahankan nilai adat, tetapi juga menghidupkan semangat harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Di era modern ini, pelestarian tradisi seperti Nyakan Diwang menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan kesadaran kolektif dan kebanggaan terhadap budaya lokal, adat ini akan terus hidup sebagai bagian dari identitas masyarakat Bali, khususnya di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.(pas)