Nyepi
merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Çaka yang jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX)
yang diyakini sebagai hari penyucian dewa-dewa di pusat samudera. Nyepi berasal
dari kata “sepi” yang berarti sunyi atau senyap. Tidak seperti perayaan tahun
baru Masehi yang identik dengan kemeriahan, Tahun Baru Çaka dirayakan dalam
keheningan. Hari Raya Nyepi Tahun Baru Çaka 1946 akan jatuh pada hari Senin, 11
Maret 2024 bersamaan dengan awal Bulan Ramadhan 1445 Hijriyah.
TUJUAN HARI RAYA NYEPI
Tujuan
perayaan Nyepi adalah untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan
Bhuana Alit (diri manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).
RANGKAIAN HARI RAYA NYEPI
Sebelum
melaksanakan Hari Raya Nyepi, terlebih dahulu dilaksanakan beberapa rangkaian
upacara yang dilaksanakan untuk menyambut Nyepi yakni :
·
MELASTI
Melasti biasanya dilaksanakan beberapa hari menjelang Nyepi. Acara ini bermakna untuk menyucikan diri. Pada upacara ini, seluruh perlengkapan sembahyang diarak ke tempat yang mengandung air seperti laut, danau ataupun sungai, karena tempat –tempat tersebut adalah sumber air yang dianggap suci (tirta amerta).
·
MECARU
Upacara ini dilaksanakan sehari sebelum Nyepi pada Tilem Kesanga (IX) yang dimaksudkan sebagai bentuk penyucian atas unsur-unsur jahat dalam diri. Upacara ini dilaksanakan oleh setiap rumah atau keluarga hingga kecamatan. Umat Hindu membuat sesajen yang ditujukan untuk para Bhuta Kala atau hal-hal negatif yang mengganggu manusia. Pelaksanaannya dilakukan di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing dengan cara mengambil salah satu jenis sesajen bernama caru.
·
PENGERUPUKAN
Sesaat setelah mecaru dilaksanakan upacara pengerupukan yang dilaksanakan dengan cara menyebar nasi atau tawur dengan membuat api atau obor untuk menyembur lingkungan rumah dan pekarangan dengan makanan yang bernama mesiu. Pada saat upacaa ini diharuskan membunyikan atau memukul benda-benda seperti kentongan supaya menghasilkan bunyi ramai dan gaduh. Hal ini bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah dan sekitar. Usai pengerupukan, pada malam diadakan acara pengarakan ogoh-ogoh. Fungsi ogoh-ogoh sendiri yaitu sebagai reseprentasi Bhuta Kala. Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (diri manusia).
·
NGEMBAK GENI
Ngembak Geni merupakan rangkaian upacara terakhir sehari setelah Nyepi yang menandakan manusia sudah boleh beraktifitas seperti biasa dan berakhirnya Hari Raya Nyepi.
CATUR
BRATA PENYEPIAN
Pada saat Nyepi berlangsung khususnya di Bali, segala aktifitas ditiadakan. Umat Hindu diwajibkan menjalankan puasa dan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari :
·
Amati Geni, yaitu tidak boleh menyalakan dan menggunakan
api serta tidak mengobarkan hawa nafsu;
·
Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja
jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani;
·
Amati Lelungan, yaitu tidak bepergian;
· Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan/hiburan.
(sumber : pmb.itats.ac.id)
(sumber : detikbali)