Dalam tradisi spiritual masyarakat Hindu di Indonesia,
terutama di Bali dan di komunitas Hindu-Jawa, terdapat upacara penting yang
dikenal sebagai Sugihan. Kata
"Sugihan" berasal dari kata "sugi" yang berarti
"membersihkan" atau "menyucikan". Secara umum, Sugihan
adalah rangkaian upacara pembersihan sebelum memasuki hari-hari besar
keagamaan, khususnya menjelang Hari Raya Galungan di Bali. Namun, Sugihan memiliki
makna dan pelaksanaan yang sedikit berbeda antara tradisi Jawa dan Bali.
Sugihan
Jawa: Pembersihan Rohani dan Dunia Batin
Dalam tradisi Sugihan
Jawa, upacara ini lebih berfokus pada pembersihan rohani. Yang disucikan dalam Sugihan Jawa adalah batin
manusia — pikiran, niat, dan jiwa. Masyarakat Hindu-Jawa melaksanakan Sugihan
Jawa dengan melakukan persembahyangan yang khusyuk di tempat-tempat suci,
membersihkan diri melalui doa, serta melakukan introspeksi terhadap kesalahan
atau kekurangan yang pernah diperbuat.
Sugihan Jawa biasanya diperingati dengan ritual yang
sederhana namun penuh makna. Umat diharapkan untuk memfokuskan diri pada
pemurnian pikiran, menyiapkan hati yang bersih untuk menyambut upacara-upacara
keagamaan besar yang akan datang. Ini adalah momen untuk merenung, meminta maaf
kepada sesama, serta memohon pengampunan kepada Tuhan.
Sugihan
Bali: Pembersihan Alam dan Lingkungan
Sementara itu, dalam tradisi Sugihan Bali, fokus pembersihan lebih diarahkan kepada bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (tubuh manusia). Sugihan
Bali dilaksanakan dengan upacara pembersihan di rumah-rumah, pura, dan
lingkungan sekitar. Persembahan berupa banten
dan canang sari dipersembahkan
kepada para dewa dan roh leluhur sebagai bentuk penghormatan dan permohonan
penyucian lingkungan fisik.
Dalam Sugihan Bali, umat Hindu percaya bahwa sebelum
jiwa disucikan, dunia luar yang menjadi tempat hidupnya juga harus dibersihkan.
Karena itu, aktivitas seperti menyapu rumah, membersihkan pekarangan, serta
melakukan persembahan kepada Dewa Wisnu (sebagai pelindung dan pemelihara alam)
menjadi bagian penting dari rangkaian ritual Sugihan Bali.
Filosofi
Harmoni: Membersihkan Diri dan Alam
Baik Sugihan Jawa maupun Sugihan Bali mengajarkan
filosofi penting: kesucian pribadi dan
kesucian lingkungan harus berjalan seiring. Pembersihan rohani tanpa
membersihkan lingkungan, atau sebaliknya, dianggap belum sempurna. Sugihan
mengajarkan umat manusia untuk menjaga keseimbangan antara hubungan dengan
Tuhan (parahyangan), hubungan dengan sesama manusia (pawongan), dan hubungan
dengan alam (palemahan).
Dengan hati dan lingkungan yang bersih, umat Hindu
diharapkan dapat lebih siap dan layak dalam melaksanakan rangkaian hari suci
seperti Galungan, yang merupakan perayaan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan
Adharma (kejahatan).
Penutup
Upacara Sugihan, baik dalam tradisi Jawa maupun Bali,
bukan sekadar rutinitas keagamaan, melainkan proses mendalam untuk menghayati
makna kebersihan lahir dan batin. Melalui Sugihan, umat diajak untuk lebih
sadar akan pentingnya menjaga kesucian diri sendiri dan alam sekitarnya sebagai
bagian dari kehidupan spiritual yang utuh.