(0362) 92503
banjar@bulelengkab.go.id
Kecamatan Banjar

Makna Upacara Sugihan Jawa dan Bali: Pembersihan Diri Menyongsong Kesucian

Admin banjar | 01 Mei 2025 | 168 kali

Dalam tradisi spiritual masyarakat Hindu di Indonesia, terutama di Bali dan di komunitas Hindu-Jawa, terdapat upacara penting yang dikenal sebagai Sugihan. Kata "Sugihan" berasal dari kata "sugi" yang berarti "membersihkan" atau "menyucikan". Secara umum, Sugihan adalah rangkaian upacara pembersihan sebelum memasuki hari-hari besar keagamaan, khususnya menjelang Hari Raya Galungan di Bali. Namun, Sugihan memiliki makna dan pelaksanaan yang sedikit berbeda antara tradisi Jawa dan Bali.

Sugihan Jawa: Pembersihan Rohani dan Dunia Batin

Dalam tradisi Sugihan Jawa, upacara ini lebih berfokus pada pembersihan rohani. Yang disucikan dalam Sugihan Jawa adalah batin manusia — pikiran, niat, dan jiwa. Masyarakat Hindu-Jawa melaksanakan Sugihan Jawa dengan melakukan persembahyangan yang khusyuk di tempat-tempat suci, membersihkan diri melalui doa, serta melakukan introspeksi terhadap kesalahan atau kekurangan yang pernah diperbuat.

Sugihan Jawa biasanya diperingati dengan ritual yang sederhana namun penuh makna. Umat diharapkan untuk memfokuskan diri pada pemurnian pikiran, menyiapkan hati yang bersih untuk menyambut upacara-upacara keagamaan besar yang akan datang. Ini adalah momen untuk merenung, meminta maaf kepada sesama, serta memohon pengampunan kepada Tuhan.

Sugihan Bali: Pembersihan Alam dan Lingkungan

Sementara itu, dalam tradisi Sugihan Bali, fokus pembersihan lebih diarahkan kepada bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (tubuh manusia). Sugihan Bali dilaksanakan dengan upacara pembersihan di rumah-rumah, pura, dan lingkungan sekitar. Persembahan berupa banten dan canang sari dipersembahkan kepada para dewa dan roh leluhur sebagai bentuk penghormatan dan permohonan penyucian lingkungan fisik.

Dalam Sugihan Bali, umat Hindu percaya bahwa sebelum jiwa disucikan, dunia luar yang menjadi tempat hidupnya juga harus dibersihkan. Karena itu, aktivitas seperti menyapu rumah, membersihkan pekarangan, serta melakukan persembahan kepada Dewa Wisnu (sebagai pelindung dan pemelihara alam) menjadi bagian penting dari rangkaian ritual Sugihan Bali.

Filosofi Harmoni: Membersihkan Diri dan Alam

Baik Sugihan Jawa maupun Sugihan Bali mengajarkan filosofi penting: kesucian pribadi dan kesucian lingkungan harus berjalan seiring. Pembersihan rohani tanpa membersihkan lingkungan, atau sebaliknya, dianggap belum sempurna. Sugihan mengajarkan umat manusia untuk menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan (parahyangan), hubungan dengan sesama manusia (pawongan), dan hubungan dengan alam (palemahan).

Dengan hati dan lingkungan yang bersih, umat Hindu diharapkan dapat lebih siap dan layak dalam melaksanakan rangkaian hari suci seperti Galungan, yang merupakan perayaan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Penutup

Upacara Sugihan, baik dalam tradisi Jawa maupun Bali, bukan sekadar rutinitas keagamaan, melainkan proses mendalam untuk menghayati makna kebersihan lahir dan batin. Melalui Sugihan, umat diajak untuk lebih sadar akan pentingnya menjaga kesucian diri sendiri dan alam sekitarnya sebagai bagian dari kehidupan spiritual yang utuh.